Monday, April 20, 2009

Artikel Kebahasaan

_________________________________________________________________
BERANDA :: ALAMAT :: POS-EL :: TELEPON :: BUKU TAMU
________________________________________________

ARTIKEL 16 MAHMUD JAUHARI ALI



Pemertahanan Budaya Lokal Banjar


Mahmud Jauhari Ali

Sinar Kalimantan


=====Bahasa Banjar merupakan salah satu bahasa dari 746 bahasa daerah di Indonesia. Bahasa Banjar hidup dan berkembang di dalam masyarakat etnis Banjar di Provinsi Kalimantan Selatan dan provinsi-provinsi lain. Orang-orang etnis Banjar tidak hanya hidup di Provinsi Kalimantan Selatan, tetapi sebagian juga berdomisili di provinsi-provinsi lain. Provinsi-provinsi lain itu, seperti Provinsi Kalimantan Tengah, Timur, dan Provinsi Kalimantan Barat, serta sampai di luar pulau Kalimantan, yaknii pulau Jawa, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi, dan pulau Sumatera. Bahkan, orang-orang dari etnis ini banyak berada di negara Malaysia. Persebaran orang-orang etnis Banjar ini menyebabkan persebaran bahasa Banjar itu sendiri ke luar dari Provinsi Kalimantan Selatan sebagai tempat asal bahasa Banjar. Karena persebaran itu juga, tidak jarang orang-orang yang bukan etnis banjar menguasai bahasa Banjar. Sebut saja sebagian besar orang dari etnis Dayak (baca: suku di pedalaman Kalimantan) di Kalimantan Tengah menguasai bahasa Banjar.

=====Bahasa Banjar, sebagaimana bahasa pada umumnya merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer dan berdasarkan konvensi, dipakai sebagai alat komunikasi di kalangan masyarakat etnis Banjar. Dengan kata lain, bahasa Banjar memiliki ciri-ciri kesemestaan yang universal. Bahasa Banjar memiliki aturan atau sistem dalam setiap tataran linguistik ( baca: ilmu Bahasa, bisa juga diartikan ‘bahasa’). Contoh bersistem dapat kita lihat dalam tataran sintaksis linguistik ini, Ali handak manukar rumah hanyar yang maknanya ‘Ali ingin membeli rumah baru’ tidak diujarkan Handak rumah manukar Ali. Selain beraturan seperti itu, bahasa Banjar merupakan lambang bunyi yang arbitrer dan konvensional, seperti kata ading ( adik dalam bahasa Indonesia) melambangkan konsep ‘orang yang lebih muda’. Kata ading tersebut diciptakan secara mana suka atau arbitrer dan disepakati oleh semua masyarakat etnis Banjar.

=====Berdasarkan ciri-ciri itu, bahasa Banjar melambangkan semua konsep dalam kompleksitas kehidupan masyarakat etnis Banjar. Masyarakat etnis Banjar adalah masyarakat yang berbudaya. Konsep budaya yang ada dalam kehidupan masyarakat etnis Banjar di lambangkan melalui bahasa Banjar. Bahkan dari zaman dahulu budaya Banjar diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang masyarakat etnis Banjar melalui bahasa Banjar kepada generasi penerus hingga sekarang. Sistem sapaan dalam budaya masyarakat Banjar misalnya, dilambangkan dengan bahasa Banjar.


Budaya dan Bahasa Banjar

=====Budaya selalu dikaitkan dengan manusia. Manusia dan budaya saling menunjang satu sama lain. Manusia membutuhkan budaya, tanpa budaya manusia tidak akan dinamakan manusia. Begitu pula dengan budaya, tanpa manusia sebagai pendukungnya, budaya tidak akan ada di dunia ini. Secara mudah budaya dapat dibatasi sebagai kebiasaan yang lahir dari akal budi manusia. Dalam melahirkan budaya, akal manusia berpikir dengan menggunakan bahasa yang dikuasainya. Bahasa dalam hal ini berperan penting untuk menciptakan budaya. Bahkan dalam kenyataannya budaya yang telah ada diwariskan secara turun temurun melalui bahasa oleh nenek moyang kita. Misalnya, ketika anak berdiri di depan pintu dan hal itu diketahui oleh orang tuanya, orang tua akan mengatakan dengan bahasa Banjar bahwa yang dilakukan anaknya salah.

Bahkan, bahasa menjadi wadah dari budaya. Maksudnya, nama-nama dari hasil akal budi manusia itu dilambangkan dengan bahasa. Sebagai contoh, kata sapaan yang biasa dipakai untuk menyapa orang tua laki-laki dilambangkan dengan kata abah dalam bahasa Banjar.

Budaya Banjar, dihasilkan dari akal budi nenek moyang orang Banjar. Bahasa Banjar sangat berperan penting dalam proses penciptaan dan pewarisan budaya Banjar hingga saat ini. Bahasa Banjar itu sendiri menjadi wadah atas konsep budaya lokal etnis Banjar. Konsep-konsep dari sistem sapaan, mata pencaharian, kesenian (sastra, nyanyian, alat musik, tari-tarian, dan ukiran), bagunan adat, senjata, dan pakaian etnis Banjar, dilambangkan dengan bahasa Banjar. Contoh, konsep ‘orang tua kandung perempuan’ dilambangkan dengan kata mama, konsep ‘menangkap ikan dengan kail’ dilambangkan dengan kata maunjun, dan konsep ‘bilah besi panjang untuk berperang’ dilambangkan dengan kata mandau. Kata-kata seperti mama, maunjun, dan mandau adalah kata-kata bahasa Banjar yang menjadi wadah budaya etnis Banjar.


Pengaruh Luar

=====Dewasa ini sangat banyak pengaruh luar yang memengaruhi penggunaan bahasa Banjar. Televisi merupakan media utama masuknya pengaruh luar tersebut. Begitu banyak tayangan sinetron di televisi swasta yang menonjolkan bahasa Indonesia dialek Betawi atau yang sering disebut dengan bahasa Indonesia gaul atau bahasa prokem dan beberapa kata bahasa Inggris. Penggunaan bahasa prokem ini seringkali ditiru oleh anak-anak muda etnis Banjar. Sebagian mereka merasa tidak gaul jika tidak menggunakan bahasa prokem atau beberapa kata bahasa Inggris. Bahasa Banjar bagi sebagian mereka sudah kuno. Bahkan ada yang berangggapan bahasa Banjar bersifat tradisional. Predikat tradisional ini yang menyebabkan sebagian mereka merasa minder atau tidak percaya diri menggunakan bahasa Banjar. Iklan-iklan juga berperan dalam memengaruhi anak-anak muda etnis Banjar dalam penggunaan bahasa Banjar. Banyak iklan yang menggunakan bahasa Indonesia gaul dan beberapa kata bahasa Inggris. Bahasa iklan biasanya ditiru oleh sebagian mereka.

=====Selain itu, pengaruh luar juga didapatkan sebagian anak-anak muda etnis Banjar yang menuntut ilmu di pulau Jawa atau pulau lainnya di luar pulau Kalimantan. Sebagian mereka lebih suka menggunakan bahasa Indonesia gaul sebagai bukti bahwa mereka punya pengalaman hidup di luar pulau Kalimantan atau beberapa kata bahasa Inggris sebagai bukti mereka terpelajar.


Generasi Penerus

=====Dengan mengamati perkembangan pemakaian bahasa Banjar dewasa ini kita dapat mengatakan perlu adanya pembinaan dan pengembangan bahasa Banjar bagi generasi penerus etnis Banjar. Artinya, sebagian generasi penerus bahasa Banjar dewasa ini kurang memiliki sikap positif terhadap penggunaan bahasa Banjar. Di Sekolah wajib ditingkatkan pembelajaran dalam mata pelajaran bahasa banjar sebagai salah satu usaha agar bahasa Banjar tetap eksis dalam rangka pemertahanan budaya etnis Banjar.

=====Generasi penerus harus dibekali pengetahuan tentang pentingnya bahasa Banjar sebagai salah satu pemertahanan budaya lokal etnis Banjar di masa kini dan masa mendatang. Anak-anak jangan terlalu dibiasakan menggunakan kata-kata di luar bahasa Banjar, seperti penggunaan kata sapaan papa, ohm, dan tante, kecuali sebab keterpaksaan keadaan. Kita ambil saja sampel kecil dalam penggunaan kata sapaan di atas, kata papa, ohm, dan tante bukanlah kata-kata dalam bahasa Banjar. Seharusnya kata papa tidak dipakai, kata abah yang dipakai; kata ohm seharusnya tidak dipakai, kata amang yang dipakai; dan kata tante juga tidak dipakai, kata acil yang seharusnya dipakai.

=====Sebagai orang etnis Banjar, memelihara budaya lokal etnis Banjar merupakan tanggung jawab yang tidak dapat kita elakkan. Melalui tulisan ini penulis mengajak pembaca, siapa pun dan di mana pun untuk menghargai, mencintai, dan melestarikan budaya etnis Banjar, walaupun dengan cara mudah, yakni cukup konsisten menggunakan bahasa Banjar sesuai konteks yang tepat.

=====Eksistensi bahasa Banjar dapat mempertahankan budaya etnis Banjar. Selama ada bahasa Banjar, budaya Banjar pun akan tetap ada. Bahasa Banjar akan tetap ada jika ada kita yang menggunakannnya dalam kompleksitas kehidupan kita sehari-hari dengan memperhatikan situasi dan kondisi kebahasaan. Bagaimana Menurut Anda?

2 comments:

  1. Saya setuju sekali! Budaya Banjar memang harus dilestarikan agar tidak hilang ditelan arus perkembangan zaman.

    ReplyDelete